Kasus Ginset desapongok
Pimpinan PT Anos Melapor ke Polisi
Kabel Diputus, Tiang Ditumbang
Pimpinan PT Anos Melapor ke Polisi
“Sedangkan untuk pemasangan seharga Rp 2 juta sudah melalui sosialisasi. Bahkan pihak desa pun sepakat untuk menyediakan 80 tiang listrik dari pohon kayu supaya jaringan listrik bantuan hibah dari pemerintah itu bisa dimanfaatkan. Terus terang dengan adanya polemik soal pemasangan kWh menimbulkan keresahan di tengah warga kami,” kata Sarifudin.
impinan PT Anos Melapor ke Polisi
Kabel Diputus, Tiang Ditumbang
edisi: 07/Jan/2008 wib
LEPARPONGOK, BANGKA POS - Pimpinan PT Anos, Alam (36) mendatangi Polres Bangka Selatan (Basel). Ia melaporkan pengrusakan aset-aset perusahaannya di Desa Pongok oleh pihak-pihak tertentu pada tanggal 27 Desember 2007 lalu.
Selain itu, Alam juga melaporkan pengancaman terhadap karyawannya sebagai buntut pemasangan kWh ke rumah-rumah warga dalam proyek bantuan hibah genset untuk penerangan dari Pemkab Basel di daerah terpencil.
“Untuk aset-aset yang dirusak berupa pemutusan kabel jaringan listrik sepanjang puluhan meter, berikut dengan ditumbangkannya beberapa tiang listrik yang terbuat dari kayu. Selain itu, beberapa karyawan kita yang sedang bekerja juga diancam oleh oknum tertentu terkait polemik pemasangan kWh ke rumah penduduk. Bahkan Iwan alias Ling warga Desa Pongok menjadi korban malam itu, karena lehernya terjerat kabel yang melintang di tengah jalan,” ungkap Alam kepada Bangka Pos Group baru-baru ini di Mapolres Basel.
Menurutnya, selaku pihak yang memenangkan tender pengadaan dan pemasangan genset listrik untuk seluruh Kabupaten Basel, yakni di Desa Paku, Desa Batu Betumpang, Desa Simpangrimba, dan Desa Pongok maka sudah menjadi tanggungjawab sekaligus kewajiban pihaknya memasang kWh di rumah-rumah warga. Tentunya dengan menyesuaikan kapasitas mesin genset yang terpasang.
Mengenai patokan harga Rp 2 juta per 1 unit kWh sudah diketahui perangkat desa. Sejauh ini, tidak satupun warga Desa Pongok yang keberatan sebab 1 Kwh itu bisa untuk mencukupi 2-5 bubung rumah sehingga biaya pengadaannya bisa ditanggung bersama.
“Tapi tiba-tiba, baru sekitar seminggu atau kita baru memasang 101 unit kWh di rumah warga, mendadak ada yang ikut masang kWh dengan hanya mematok harga Rp 1 juta tanpa seizin perangkat desa, dan tanpa koordinasi dengan kami selaku penanggungjawab terhadap genset listrik jika nanti sampai terjadi kelebihan beban pemakaian,” ujarnya.
Padahal, katanya, sebagai kontribusi terhadap desa, pihaknya berjanji siap membantu memajukan desa tersebut dalam bentuk sumbangan untuk kas desa sebesar Rp 5.000 untuk setiap unit kWh yang terjual. Selain itu, memasang kWh secara gratis untuk penerangan tiga masjid yang di Desa Pongok.
Timbulkan Keresahan
Sementara Sarifudin, salah satu perangkat Desa Pongok yang juga berhasil ditemui harian ini di Mapolres Basel usai melapor adanya upaya pengancaman terhadap warganya secara tegas mengatakan, pihak yang memasang kWh dengan biaya Rp 1 juta tidak pernah minta izin kepada perangkat desa.
“Sedangkan untuk pemasangan seharga Rp 2 juta sudah melalui sosialisasi. Bahkan pihak desa pun sepakat untuk menyediakan 80 tiang listrik dari pohon kayu supaya jaringan listrik bantuan hibah dari pemerintah itu bisa dimanfaatkan. Terus terang dengan adanya polemik soal pemasangan kWh menimbulkan keresahan di tengah warga kami,” kata Sarifudin.
Menurutnya, pada hari Kamis (27/12) malam, beberapa oknum warga yang merasa tidak senang dengan pemasangan listrik di desanya dengan sengaja merusak dan merobohkan tiang listrik, serta memutuskan kabel jaringan.
“Bahkan satu warga kami bernama Iwan yang sedang melintas di jalan malam itu sempat terjerat lehernya oleh kabel yang dengan sengaja dipasang melintang di tengah jalan pada malam itu juga,” kata Sekretaris Desa Pongok ini. (abm
Menurutnya, pada hari Kamis (27/12) malam, beberapa oknum warga yang merasa tidak senang dengan pemasangan listrik di desanya dengan sengaja merusak dan merobohkan tiang listrik, serta memutuskan kabel jaringan.
“Bahkan satu warga kami bernama Iwan yang sedang melintas di jalan malam itu sempat terjerat lehernya oleh kabel yang dengan sengaja dipasang melintang di tengah jalan pada malam itu juga,” kata Sekretaris Desa Pongok ini. (abm
Kabel Diputus, Tiang Ditumbang
Pimpinan PT Anos Melapor ke Polisi
“Sedangkan untuk pemasangan seharga Rp 2 juta sudah melalui sosialisasi. Bahkan pihak desa pun sepakat untuk menyediakan 80 tiang listrik dari pohon kayu supaya jaringan listrik bantuan hibah dari pemerintah itu bisa dimanfaatkan. Terus terang dengan adanya polemik soal pemasangan kWh menimbulkan keresahan di tengah warga kami,” kata Sarifudin.
impinan PT Anos Melapor ke Polisi
Kabel Diputus, Tiang Ditumbang
edisi: 07/Jan/2008 wib
LEPARPONGOK, BANGKA POS - Pimpinan PT Anos, Alam (36) mendatangi Polres Bangka Selatan (Basel). Ia melaporkan pengrusakan aset-aset perusahaannya di Desa Pongok oleh pihak-pihak tertentu pada tanggal 27 Desember 2007 lalu.
Selain itu, Alam juga melaporkan pengancaman terhadap karyawannya sebagai buntut pemasangan kWh ke rumah-rumah warga dalam proyek bantuan hibah genset untuk penerangan dari Pemkab Basel di daerah terpencil.
“Untuk aset-aset yang dirusak berupa pemutusan kabel jaringan listrik sepanjang puluhan meter, berikut dengan ditumbangkannya beberapa tiang listrik yang terbuat dari kayu. Selain itu, beberapa karyawan kita yang sedang bekerja juga diancam oleh oknum tertentu terkait polemik pemasangan kWh ke rumah penduduk. Bahkan Iwan alias Ling warga Desa Pongok menjadi korban malam itu, karena lehernya terjerat kabel yang melintang di tengah jalan,” ungkap Alam kepada Bangka Pos Group baru-baru ini di Mapolres Basel.
Menurutnya, selaku pihak yang memenangkan tender pengadaan dan pemasangan genset listrik untuk seluruh Kabupaten Basel, yakni di Desa Paku, Desa Batu Betumpang, Desa Simpangrimba, dan Desa Pongok maka sudah menjadi tanggungjawab sekaligus kewajiban pihaknya memasang kWh di rumah-rumah warga. Tentunya dengan menyesuaikan kapasitas mesin genset yang terpasang.
Mengenai patokan harga Rp 2 juta per 1 unit kWh sudah diketahui perangkat desa. Sejauh ini, tidak satupun warga Desa Pongok yang keberatan sebab 1 Kwh itu bisa untuk mencukupi 2-5 bubung rumah sehingga biaya pengadaannya bisa ditanggung bersama.
“Tapi tiba-tiba, baru sekitar seminggu atau kita baru memasang 101 unit kWh di rumah warga, mendadak ada yang ikut masang kWh dengan hanya mematok harga Rp 1 juta tanpa seizin perangkat desa, dan tanpa koordinasi dengan kami selaku penanggungjawab terhadap genset listrik jika nanti sampai terjadi kelebihan beban pemakaian,” ujarnya.
Padahal, katanya, sebagai kontribusi terhadap desa, pihaknya berjanji siap membantu memajukan desa tersebut dalam bentuk sumbangan untuk kas desa sebesar Rp 5.000 untuk setiap unit kWh yang terjual. Selain itu, memasang kWh secara gratis untuk penerangan tiga masjid yang di Desa Pongok.
Timbulkan Keresahan
Sementara Sarifudin, salah satu perangkat Desa Pongok yang juga berhasil ditemui harian ini di Mapolres Basel usai melapor adanya upaya pengancaman terhadap warganya secara tegas mengatakan, pihak yang memasang kWh dengan biaya Rp 1 juta tidak pernah minta izin kepada perangkat desa.
“Sedangkan untuk pemasangan seharga Rp 2 juta sudah melalui sosialisasi. Bahkan pihak desa pun sepakat untuk menyediakan 80 tiang listrik dari pohon kayu supaya jaringan listrik bantuan hibah dari pemerintah itu bisa dimanfaatkan. Terus terang dengan adanya polemik soal pemasangan kWh menimbulkan keresahan di tengah warga kami,” kata Sarifudin.
Menurutnya, pada hari Kamis (27/12) malam, beberapa oknum warga yang merasa tidak senang dengan pemasangan listrik di desanya dengan sengaja merusak dan merobohkan tiang listrik, serta memutuskan kabel jaringan.
“Bahkan satu warga kami bernama Iwan yang sedang melintas di jalan malam itu sempat terjerat lehernya oleh kabel yang dengan sengaja dipasang melintang di tengah jalan pada malam itu juga,” kata Sekretaris Desa Pongok ini. (abm
Menurutnya, pada hari Kamis (27/12) malam, beberapa oknum warga yang merasa tidak senang dengan pemasangan listrik di desanya dengan sengaja merusak dan merobohkan tiang listrik, serta memutuskan kabel jaringan.
“Bahkan satu warga kami bernama Iwan yang sedang melintas di jalan malam itu sempat terjerat lehernya oleh kabel yang dengan sengaja dipasang melintang di tengah jalan pada malam itu juga,” kata Sekretaris Desa Pongok ini. (abm